Di tengah banyaknya sektor usaha yang terdampak pandemi Covid-19, ternyata bisnis kecantikan dan estetika nampaknya masih banyak diburu orang. Munculnya fenomena beautypreneur alias pebisnis kecantikan yang masih eksis di tengah pandemi menjadi salah satu buktinya. Tidak sedikit diantara mereka yang sukses menjadi crazy rich baru di saat bisnis yang lain tiarap.
Hal ini juga diungkapkan oleh dr Aldjoefrie, Managing Director dr Aldjoefrie Aesthetic Institute sebuah lembaga kursus estetika dan kecantikan di Surabaya. Dia menyebut, tren beautypreneur akan terus ada dalam kondisi apapun.
“Karena saat ini penampilan yang menarik bukan sekadar pelengkap, tapi menjadi sebuah kebutuhan. Itulah sebabnya semakin banyak yang ingin terjun sebagai beautypreneur,” ungkapnya.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan kecantikan dan estetika yang berdiri sejak 2008, dia menyebut telah meluluskan lebih dari 3000-an alumni yang tersebar hingga ke seluruh Indonesia.
Meskipun pandemi menghantam ekonomi tanah air sejak 2020 silam, dr Aldjoefrie Aesthetic Institute mengaku semangat para siswa untuk menjadi beautypreneur masih tetap ada.
Hal ini terlihat dari banyaknya permintaan kursus tidak hanya di Surabaya, dr Aldjoefrie Aesthetic Institute yang terletak di Jln. Jakarta 44 Surabaya juga menerima permintaan menyelenggarakan kursus estetika dan kecantikan di beberapa kota seperti Jakarta, Batam Bali dan Medan di websitenya yang ada di www.kursusestetika.net.
“Kini beautypreneur juga luas, tidak hanya mereka yang memiliki brand kosmetik saja, tapi mereka yang berkecimpung di dunia estetika dan kecantikan. Karena beautypreneur adalah bisnis yang terus berkembang dan peminat serta pasarnya cukup banyak,” ungkap dr Aldjoefrie.
Meluasnya bisnis beautypreneur juga tak lepas dari pelaku bisnis tersebut yang tidak hanya didominasi kalangan medis (dokter maupun perawat) namun kalangan umum yang juga ingin mencicipi gurihnya cuan sebagai beautypreneur.
Sebagai seorang dokter sekaligus pendidik, dr Aldjoefrie berharap bahwa ke depan bisnis kecantikan dan estetika di tanah air semakin berkembang sehingga tidak kalah dibandingkan negara lainya seperti Thailand maupun Korea yang kerap jadi jujugan belajar kecantikan dan estetika.
“Tidak perlu jauh-jauh juga belajar kecantikan dan estetika di luar, karena di dalam negeri kesempatan untuk belajar dan menjadi beautypreneur cukup berkembang. Tinggal mencari kursus dan belajar yang tepat,” imbuhnya.
Untuk memfasilitasi calon beautypreneur, dr Aldjoefrie Aesthetic Institute membagi kursus dalam 2 jenis, yaitu medis dan non medis. Untuk kursus non medis mengajarkan berbagai materi tentang kecantikan dan estetika dari awam seperti pengetahuan dasar kulit, masalah yang kerap muncul pada kulit, hingga cara pemasaran sebuah klinik maupun salon.
Materi lainnya adalah kursus medis yang diikuti oleh para dokter mengajarkan materi yang lebih khusus di dunia estetika dan kecantikan seperti botox, laser, maupun stem plasma yang cukup diminati untuk terlihat awet muda. dr Aldjoefrie juga cukup aktif membagikan ilmu di dunia beautypreneur secara online dengan harapan siapapun bisa menjadi beautypreneur sebagai salah satu peluang bisnis.
Meriahnya kosmetik dengan private label alias memiliki kosmetik dengan merek sendiri seperti para artis juga diajarkan secara khusus oleh dr Aldjoefrie. “Kami ingin melahirkan beautypreneur yang kompeten, memiliki sertifikasi terbaik yang diakui oleh pemerintah. Sehingga ke depan beautypreneur tidak hanya diminati tapi menjadi bisnis yang juga bisa dipertanggungjawabkan kualitasnya,” imbuh dr Aldjoefrie yang juga memiliki kosmetik dengan brand DAC Beauty.
Kemudahan lainnya adalah pihaknya terbuka untuk kerjasama dalam bentuk franchise (waralaba) kepada mereka yang tertarik membuka klinik kecantikan maupun estetika.